Jumat, 07 Februari 2020

Lebih Aman Mana, WhatsApp atau Telegram?

 Telegram vs WhatsApp
OneTekno - Jakarta -Pendiri Telegram Pavel Durov berulang kali melontarkan kritikan tajam pada WhatsApp. Durov bahkan menyarankan pengguna agar menghapus WhatsApp lantaran maraknya celah keamanan.

Pada prinsipnya, semua data aplikasi yang terenkripsi memang 'sudah layak dan sepantasnya' aman dan tidak bisa dipindai oleh pihak ketiga, baik oleh kriminal maupun pihak pemerintah. Hal ini tidak menunjukkan superioritas Telegram dibandingkan program chat/media sosial lainnya yang sama-sama menerapkan enkripsi, termasuk WhatsApp yang menjadi pesaing utamanya.

Artikel ini akan sedikit mengupas apakah Telegram memang lebih aman dibandingkan aplikasi lain. Dalam hal ini, penulis akan membandingkan dengan WhatsApp yang juga tidak kalah populer meskipun terlambat menerapkan enkripsi dibandingkan Telegram.


Jika pengguna aplikasi yang senang mengoprek harus memilih, dibandingkan WhatsApp yang jadi market leader, kemungkinan besar pilihan akan jatuh pada Telegram. Pasalnya, Telegram memiliki beberapa keunggulan dibandingkan WhatsApp seperti:

• Secret Chat yang bisa menghancurkan dirinya sendiri seperti pesan di film Mission Impossible.
• Sharing berbagai format file dengan ukuran sampai 1,5 GB jauh lebih besar dari Whatsapp 160 MB.
• Dapat diakses dari beberapa perangkat tanpa harus route ke perangkat utama (smartphone). Tidak mengharuskan perangkat utama (smartphone) selalu aktif.
• Super group yang mampu menampung sampai dengan 10.000 member per group. Channel yang mampu menampung jumlah pengguna tidak terbatas.
• Telegram bot, yang sebenarnya merupakan akun Telegram yang dapat diprogram untuk melakukan tugas tertentu.
Sebaliknya, WhatsApp juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Telegram seperti :
• Basis pengguna terbesar lebih dari 1 miliar pengguna bulanan dibandingkan 100 juta pengguna Telegram sehingga lebih mudah mendapatkan pengguna Whatsapp daripada pengguna Telegram.
• Fasilitas backup chat dan bisa terintegrasi dengan Google Drive.
• Status di profile


Telegram lebih aman?
Kalau Telegram lebih banyak fiturnya dari WhatsApp itu adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Telegram juga menerapkan enkripsi lebih dahulu dari WhatsApp. Namun apakah hal ini berarti Telegram lebih aman dari WhatsApp?
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dari sisi sekuriti:
1. Enkripsi
WhatsApp dan Telegram masing-masing menerapkan enkripsi dan seperti yang diutarakan di atas, malah Telegram lebih dulu mengimplementasikan enkripsi dibandingkan WhatsApp. Telegram menerapkan enkripsi in house yang disebut MTProto, sedangkan WhatsApp menerapkan sistem dari Open Whisper.
Protokol MTProto dibangun oleh Nikolai Durov dan developer Telegram, sedangkan protokol Open Whisper (Signal) dibangun oleh Moxie Marlinspike, veteran enkripsi yang diakui kiprahnya di dunia kriptografi di mana Edward Snowden sendiri dalam beberapa forum terpisah menyatakan dukungan pada penggunaan Open Whisper.
Telegram tidak mau kalah dan mengklaim MTProto sangat aman dan bahkan sempat mengeluarkan tantangan memberikan USD 200 ribu bagi siapapun yang bisa memecahkan enkripsinya, namun kontes ini sendiri dikritik karena membatasi persyaratan dengan sangat ketat dan tidak mencerminkan kenyataan ancaman yang sebenarnya.
Dari sisi protokol yang digunakan, walaupun sama-sama belum terpecahkan, namun tingkat keamanan protokol Signal yang digunakan oleh WhatsApp diyakini lebih andal dibandingkan MTProto Telegram.

2. End to End Encryption (E2E)
WhatsApp menerapkan E2E pada seluruh komunikasi, baik komunikasi perorangan atau komunikasi group. Telegram, sekalipun lebih dahulu menerapkan enkripsi dibandingkan WhatsApp, ternyata tidak menerapkan enkripsi E2E pada seluruh komunikasi dan pengguna Telegram harus secara khusus menjalankan Secret Chat agar terproteksi E2E.
E2E adalah sistem enkripsi dimana enkripsi dilakukan otomatis oleh aplikasi antar telepon pintar yang berkomunikasi dimana kunci enkripsi dan dekripsi hanya disimpan di telepon pintar yang bersangkutan dan server aplikasi tidak menyimpan kunci enkripsi / dekripsi sehingga secara teknis tidak memungkinkan bagi pihak pemilik aplikasi / server untuk mengakses data komunikasi penggunanya.
Telegram relatif lebih lemah dari sisi E2E karena sistem yang diadopsinya berbeda dengan WhatsApp, ia mengadopsi sistem cloud dimana seluruh data komunikasi disimpan di server Telegram, sedangkan WhatsApp menganut sistem client to client dimana seluruh data komunikasi akan tersimpan di setiap client dan bukan di server WhatsApp.
Dari sudut pandang sekuriti, meskipun Telegram mengklaim sampai hari ini tidak pernah membagikan sedikitpun data komunikasi pelanggannya kepada siapapun, namun fakta bahwa data komunikasi tersimpan di server Telegram itu sendiri sudah menambahkan faktor risiko kebocoran data di masa depan dibandingkan WhatsApp yang tidak memiliki data dan semuanya disimpan di masing-masing klien.
Terlepas dari kelemahan di atas, Telegram memiliki satu fitur unik pada Secret Chat yang tidak dimiliki WhatsApp dimana pengguna bisa mengeset timer untuk secara otomatis menghapus semua Secret Chat sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan.

Kesimpulan
Meskipun Telegram mengklaim sampai hari ini tidak pernah membocorkan data komunikasi penggunanya kepada pihak manapun, namun secara teknis data tersebut tersimpan secara sentralisasi di server-server mereka.
Dalam teknisnya bisa saja data yang tersentralisasi ini dipecah-pecah dan disebarkan di seluruh dunia tetapi tetap pada prinsipnya, data seluruh pengguna Telegram tersentralisasi.
Sebaliknya, data komunikasi pengguna WhatsApp terdesentralisasi di mana semua data chatting, foto, video dan media disimpan di perangkat masing-masing penggunanya sehingga secara teknis WhatsApp tidak memiliki akses terhadap histori data pelanggannya karena memang tidak tersimpan di servernya.
Dari sisi fitur, Telegram memiliki segudang fitur dan bot yang jauh melebihi Whatsapp sehingga ia digandrungi pengguna yang senang mengoprek, tetapi terkadang malah dihindari pengguna awam karena sedikit lebih rumit.
Satu hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah makin banyak fitur yang diberikan, selain memberikan fleksibilitas dan pilihan, sebaliknya juga menciptakan beban kerja makin rumit dan tinggi. Hal ini yang kemungkinan perlu menjadi perhatian Telegram guna mengantisipasi kemungkinan masalah di masa depan.
WhatsApp relatif miskin fitur dibandingkan Telegram. Dengan basis pengguna hampir sepuluh kali lipat, tentunya beban dan kerumitan yang dihadapi juga jauh lebih besar daripada yang dihadapi oleh Telegram sehingga kemungkinan hal ini yang menyebabkan mereka sangat selektif menambahkan dan mengimplementasikan fitur/layanan baru dan hanya memilih layanan esensial saja seperti chat, group chatting dan komunikasi suara.

Namun perhatian khusus yang diberikan pada sisi sekuriti dan pemilihan menggunakan protokol Signal yang cukup teruji malah membuat mereka mampu memberikan pengamanan yang lebih menyeluruh dibandingkan Telegram, sekalipun mereka lebih lambat mengimplementasikan enkripsi.

Tapi sebenarnya, faktanya simpel: aplikasi apapun yang paling populer akan paling banyak di serang. Kalau Telegram hari ini posisi market capture-nya menggantikan WhatsApp, saya yakin akan banyak yang menyerang dan sampai hari ini tidak ada aplikasi yang tidak bisa diserang.

Fakta bahwa user WhatsApp 1,5 miliar dibandingkan Telegram 200 juta itu harus menjadi salah satu poin yang krusial. Jadi beban pengelolaan WhatsApp lebih dari 7 kali lipat dibandingkan telegram. Hukumnya adalah, bukan suatu aplikasi aman atau kuat dan tahan serangan. Tetapi, apakah cukup menarik untuk diserang atau tidak.

Tidak ada komentar:
Write komentar