OneTekno - Jakarta -Pendiri Telegram Pavel Durov berulang kali melontarkan kritikan tajam pada WhatsApp. Durov bahkan menyarankan pengguna agar menghapus WhatsApp lantaran maraknya celah keamanan.
Pada
prinsipnya, semua data aplikasi yang terenkripsi memang 'sudah layak
dan sepantasnya' aman dan tidak bisa dipindai oleh pihak ketiga, baik
oleh kriminal maupun pihak pemerintah. Hal ini tidak menunjukkan
superioritas Telegram dibandingkan program chat/media sosial lainnya
yang sama-sama menerapkan enkripsi, termasuk WhatsApp yang menjadi
pesaing utamanya.
Artikel ini akan sedikit mengupas apakah
Telegram memang lebih aman dibandingkan aplikasi lain. Dalam hal ini,
penulis akan membandingkan dengan WhatsApp yang juga tidak kalah populer
meskipun terlambat menerapkan enkripsi dibandingkan Telegram.
Jika pengguna aplikasi yang senang mengoprek harus memilih,
dibandingkan WhatsApp yang jadi market leader, kemungkinan besar pilihan
akan jatuh pada Telegram. Pasalnya, Telegram memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan WhatsApp seperti:
• Secret Chat yang bisa menghancurkan dirinya sendiri seperti pesan di film Mission Impossible.
• Sharing berbagai format file dengan ukuran sampai 1,5 GB jauh lebih besar dari Whatsapp 160 MB.
•
Dapat diakses dari beberapa perangkat tanpa harus route ke perangkat
utama (smartphone). Tidak mengharuskan perangkat utama (smartphone)
selalu aktif.
• Super group yang mampu menampung sampai dengan 10.000
member per group. Channel yang mampu menampung jumlah pengguna tidak
terbatas.
• Telegram bot, yang sebenarnya merupakan akun Telegram yang dapat diprogram untuk melakukan tugas tertentu.
Sebaliknya, WhatsApp juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Telegram seperti :
•
Basis pengguna terbesar lebih dari 1 miliar pengguna bulanan
dibandingkan 100 juta pengguna Telegram sehingga lebih mudah mendapatkan
pengguna Whatsapp daripada pengguna Telegram.
• Fasilitas backup chat dan bisa terintegrasi dengan Google Drive.
• Status di profile
Telegram lebih aman?
Kalau Telegram lebih
banyak fiturnya dari WhatsApp itu adalah fakta yang tidak dapat
disangkal. Telegram juga menerapkan enkripsi lebih dahulu dari WhatsApp.
Namun apakah hal ini berarti Telegram lebih aman dari WhatsApp?
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dari sisi sekuriti:
1. Enkripsi
WhatsApp
dan Telegram masing-masing menerapkan enkripsi dan seperti yang
diutarakan di atas, malah Telegram lebih dulu mengimplementasikan
enkripsi dibandingkan WhatsApp. Telegram menerapkan enkripsi in house
yang disebut MTProto, sedangkan WhatsApp menerapkan sistem dari Open
Whisper.
Protokol MTProto dibangun oleh Nikolai Durov dan
developer Telegram, sedangkan protokol Open Whisper (Signal) dibangun
oleh Moxie Marlinspike, veteran enkripsi yang diakui kiprahnya di dunia
kriptografi di mana Edward Snowden sendiri dalam beberapa forum terpisah
menyatakan dukungan pada penggunaan Open Whisper.
Telegram tidak
mau kalah dan mengklaim MTProto sangat aman dan bahkan sempat
mengeluarkan tantangan memberikan USD 200 ribu bagi siapapun yang bisa
memecahkan enkripsinya, namun kontes ini sendiri dikritik karena
membatasi persyaratan dengan sangat ketat dan tidak mencerminkan
kenyataan ancaman yang sebenarnya.
Dari sisi protokol yang
digunakan, walaupun sama-sama belum terpecahkan, namun tingkat keamanan
protokol Signal yang digunakan oleh WhatsApp diyakini lebih andal
dibandingkan MTProto Telegram.
2. End to End Encryption (E2E)
WhatsApp
menerapkan E2E pada seluruh komunikasi, baik komunikasi perorangan atau
komunikasi group. Telegram, sekalipun lebih dahulu menerapkan enkripsi
dibandingkan WhatsApp, ternyata tidak menerapkan enkripsi E2E pada
seluruh komunikasi dan pengguna Telegram harus secara khusus menjalankan
Secret Chat agar terproteksi E2E.
E2E adalah sistem enkripsi
dimana enkripsi dilakukan otomatis oleh aplikasi antar telepon pintar
yang berkomunikasi dimana kunci enkripsi dan dekripsi hanya disimpan di
telepon pintar yang bersangkutan dan server aplikasi tidak menyimpan
kunci enkripsi / dekripsi sehingga secara teknis tidak memungkinkan bagi
pihak pemilik aplikasi / server untuk mengakses data komunikasi
penggunanya.
Telegram relatif lebih lemah dari sisi E2E karena
sistem yang diadopsinya berbeda dengan WhatsApp, ia mengadopsi sistem
cloud dimana seluruh data komunikasi disimpan di server Telegram,
sedangkan WhatsApp menganut sistem client to client dimana seluruh data
komunikasi akan tersimpan di setiap client dan bukan di server WhatsApp.
Dari
sudut pandang sekuriti, meskipun Telegram mengklaim sampai hari ini
tidak pernah membagikan sedikitpun data komunikasi pelanggannya kepada
siapapun, namun fakta bahwa data komunikasi tersimpan di server Telegram
itu sendiri sudah menambahkan faktor risiko kebocoran data di masa
depan dibandingkan WhatsApp yang tidak memiliki data dan semuanya
disimpan di masing-masing klien.
Terlepas dari kelemahan di atas,
Telegram memiliki satu fitur unik pada Secret Chat yang tidak dimiliki
WhatsApp dimana pengguna bisa mengeset timer untuk secara otomatis
menghapus semua Secret Chat sesuai dengan tenggang waktu yang telah
ditentukan.
Kesimpulan
Meskipun Telegram
mengklaim sampai hari ini tidak pernah membocorkan data komunikasi
penggunanya kepada pihak manapun, namun secara teknis data tersebut
tersimpan secara sentralisasi di server-server mereka.
Dalam
teknisnya bisa saja data yang tersentralisasi ini dipecah-pecah dan
disebarkan di seluruh dunia tetapi tetap pada prinsipnya, data seluruh
pengguna Telegram tersentralisasi.
Sebaliknya, data komunikasi
pengguna WhatsApp terdesentralisasi di mana semua data chatting, foto,
video dan media disimpan di perangkat masing-masing penggunanya sehingga
secara teknis WhatsApp tidak memiliki akses terhadap histori data
pelanggannya karena memang tidak tersimpan di servernya.
Dari sisi
fitur, Telegram memiliki segudang fitur dan bot yang jauh melebihi
Whatsapp sehingga ia digandrungi pengguna yang senang mengoprek, tetapi
terkadang malah dihindari pengguna awam karena sedikit lebih rumit.
Satu
hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah makin banyak fitur yang
diberikan, selain memberikan fleksibilitas dan pilihan, sebaliknya juga
menciptakan beban kerja makin rumit dan tinggi. Hal ini yang kemungkinan
perlu menjadi perhatian Telegram guna mengantisipasi kemungkinan
masalah di masa depan.
WhatsApp relatif miskin fitur dibandingkan
Telegram. Dengan basis pengguna hampir sepuluh kali lipat, tentunya
beban dan kerumitan yang dihadapi juga jauh lebih besar daripada yang
dihadapi oleh Telegram sehingga kemungkinan hal ini yang menyebabkan
mereka sangat selektif menambahkan dan mengimplementasikan fitur/layanan
baru dan hanya memilih layanan esensial saja seperti chat, group
chatting dan komunikasi suara.
Namun perhatian khusus yang diberikan pada sisi sekuriti dan
pemilihan menggunakan protokol Signal yang cukup teruji malah membuat
mereka mampu memberikan pengamanan yang lebih menyeluruh dibandingkan
Telegram, sekalipun mereka lebih lambat mengimplementasikan enkripsi.
Tapi
sebenarnya, faktanya simpel: aplikasi apapun yang paling populer akan
paling banyak di serang. Kalau Telegram hari ini posisi market capture-nya menggantikan WhatsApp, saya yakin akan banyak yang menyerang dan sampai hari ini tidak ada aplikasi yang tidak bisa diserang.
Fakta bahwa user WhatsApp 1,5 miliar dibandingkan Telegram
200 juta itu harus menjadi salah satu poin yang krusial. Jadi beban
pengelolaan WhatsApp lebih dari 7 kali lipat dibandingkan telegram.
Hukumnya adalah, bukan suatu aplikasi aman atau kuat dan tahan serangan.
Tetapi, apakah cukup menarik untuk diserang atau tidak.
Tidak ada komentar:
Write komentar