Selasa, 31 Maret 2020

Pemprov Jakarta Kuburkan 283 Orang dengan Dugaan Terinfeksi Corona

Anies menyatakan angka kematian orang terduga corona tersebut menggambarkan penyebaran virus begitu cepat dan mematikan.


OneTekno - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 6 hingga 29 Maret 2020 menguburkan 283 orang diduga terserang virus corona atau Covid-19. Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan angka tersebut menggambarkan penyebaran virus saat ini sangat mengkhawatirkan. Anies menyebutkan data tersebut diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang mengurusi pemakaman, yang berbeda dengan data yang dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Berdasarkan situs resmi Pemprov Jakarta, hingga kini jumlah kasus positif corona di ibu kota sebanyak 727 orang dengan jumlah yang meninggal 78 orang. "Artinya kemungkinan mereka mereka yang belum sempat dites corona, karena itu tidak bisa di sebut sebagai positif, atau sudah tapi sebelum ada hasilnya kemudian wafat," kata Anies menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin.

Anies menjelaskan petugas mengurus jenazah hingga pemakaman kepada orang-orang yang diduga terinfeksi corona sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Prosedurnya yang dilalui yakni jenazah dibungkus dengan plastik, lalu dimakamkan kurang dari empat jam setelah kematian.  Para petugas wajib mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam proses ini.   Anies menyatakan angka kematian orang terduga corona tersebut menggambarkan penyebaran virus begitu cepat dan mematikan. Mayoritas korban yang berjatuhan merupakan orang-orang yang sebelumnya masih sehat kemudian terinfeksi Covid-19 dan akhirnya harus meninggal dunia. "Kondisi penyebaran COVID-19 di Jakarta masih mengkhawatirkan dengan tingkat penularannya masih cukup tinggi," kata Anies.

Ia mendesak seluruh masyarakat untuk serius menjalankan pembatasan-pembatasan interaksi sosial dan kontak fisik dengan banyak orang. "Tinggallah di rumah disiplin untuk menjaga jarak, lindungi diri, keluarga, tetangga dan lindungi semua. Jangan sampai Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang mengurusi makam ini punya angka yang lebih tinggi lagi," kata dia. Sementara itu, pemerintah pusat menyebutkan ada 129 kasus baru positif virus corona pada hari ini menjadi 1.414 orang. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, kasus baru paling banyak berasal dari Jawa Barat, yakni 25 orang. Alhasil, ada 180 pasien terinfeksi virus corona di bumi pasundan.

Penambahan terbanyak kedua berasal dari DKI Jakarta, 24 kasus. Total kasus di ibu kota negara saat ini mencapai 698 orang atau terbanyak pertama secara kumulatif.

Posisi ketiga ditempati oleh Banten dengan 22 kasus baru. Saat ini, total kasus positif corona di Banten mencapai 128 orang. Kemudian, ada tambahan 17 kasus di Jawa Tengah. Maka, total kasus di wilayah ini mencapai 81 orang. Lalu, ada sembilan kasus baru di Bali, sehingga totalnya menjadi 19 pasien positif corona. Di Sumatera Utara, ada penambahan lima kasus baru. Lalu, masing-masing empat kasus baru di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Lampung. Kemudian, ada tiga kasus baru di Sumatera Barat. Lalu, masing-masing tambahan satu pasien positif corona di Bangka Belitung, Yogyakarta, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Riau. Sebanyak lima kasus lainnya dalam proses verifikasi.

Minggu, 29 Maret 2020

Perusahaan di Kenya Membuat Bahan Bakar dari Kotoran Manusia


OneTekno - Diperkirakan sekitar tujuh persen dari emisi gas rumah kaca berasal dari aktivitas produksi yang menggunakan kayu bakar dan arang. Ini mengkhawatirkan karena memicu deforestasi.

Melihat hal tersebut, perusahaan asal Kenya, Sanivation, mengumpulkan limbah kotoran manusia dari toilet khusus dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Inovasi ini memperbaiki sanitasi sekaligus menahan laju pembakaran kayu.

"Mulanya semua orang mempertanyakan inovasi ini. Pasalnya, produk kami tidak terlihat seperti kotoran, tidak berbau seperti kotoran, dan mereka tidak akan tahu kecuali kami memberitahukannya,” ungkap Co-Founder sekaligus COO Sanivation, Emily Woods, dilansir dari laman World Economic Forum.

Ia menambahkan: “Di Afrika Timur, sekitar 90% penduduk menggunakan beberapa bentuk biomassa padat setiap hari seperti kayu bakar, arang, dan pelet
(pellets)
. Hal ini yang menyebabkan, deforestasi menjadi masalah besar di Kenya dan di seluruh Afrika Timur.”

Tidak hanya di Afrika, menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), pada 2017, lebih dari 2,4 miliar orang di dunia bergantung pada pembakaran kayu untuk memasak. Pengelolaan hutan yang tidak berkelanjutan akan berakibat pada lonjakan degradasi hutan dan deforestasi.

Sanivation sadar, jumlah karbon dan kalori dalam kotoran manusia sebanding dengan kayu bakar kering. Atas dasra itulah, mereka memutuskan untuk menggunakan kotoran manusia sebagai pengganti arang--dan tentunya lebih
sustainable.


“Untuk setiap ton arang briket yang dijual, kami menghemat sekitar 88 pohon di Kenya. Orang-orang sebenarnya membeli bahan bakar kami karena (sadar dengan) dampak lingkungan," ungkap Woods.

Dua kali seminggu, Sanivation mengumpulkan kontainer lumpur tinja dari sekitar 650 toilet khusus di seluruh Kenya dan membawanya ke fasilitas pengolahan. Ini dikombinasikan dengan limbah biomassa lain seperti serbuk gergaji dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang aman dan higienis.

“Kami menyebutnya 'Mkaa kwa jamii', yang berarti ‘arang untuk keluarga’. Mereka dapat membakar sekitar dua kali lebih tahan lama dari arang lokal dan mengeluarkan sepertiga dari emisi, khususnya karbon monoksida dan partikulat," paparnya.

“Jika kita bisa mengumpulkan semua limbah manusia di Kenya, semua limbah pertanian cadangan, maka kita bisa memasok hampir 50% dari seluruh permintaan arang dan kayu bakar, sehingga laju deforestasi akan turun secara substansial,” pungkasnya.

Sabtu, 28 Maret 2020

India Lockdown Total, Raksasa Smartphone Dunia Tutup Pabrik


 OneTekno - Lockdown telah diberlakukan di India untuk mencegah penularan virus corona. Tentunya berbagai sektor termasuk pabrik smartphone yang harus tutup untuk sementara.
India merupakan basis produksi raksasa smartphone dunia. Pabrik Samsung dan LG maupun Foxconn yang memproduksi ponsel di India tutup sesuai petunjuk pemerintah. Pasar smartphone pun pasti terimbas.

"Dalam skenario terburuk, pasar smartphone India bisa anjlok 4,2% di 2020," kata Nicole Peng dari biro riset Canalys.

Dikutip detikINET dari South China Morning Post, Vice President Xiaomi, Manu Kumar Jain, membenarkan bahwa fasilitas produksi mereka di India ditutup. Demikian pula kantor dan toko Xiaomi di sana.

Vivo yang juga punya pabrik di India melakukan hal yang sama. Demikian pula rakasa smartphone lainnya asal China, Oppo, setop produksi di Negeri Sungai Gangga itu. Semua karyawan pun bekerja dari rumah.

Smartphone asal China menguasai market share di India. Maka lockdown tersebut mungkin cukup merugikan mereka.

India mencatat 519 penderita positif virus corona dengan 9 orang meninggal dunia. Lockdown total rencananya diberlakukan selama 21 hari.

Jumat, 27 Maret 2020

Ingin Cuan? Investasi di Perusahaan Teknologi AS-China!


OneTekno - Investor awal Facebook, Jim Breyer memilih untuk menginvestasikan dana di perusahaan teknologi Amerika Serikat dan China meski kedua negara dengan perekonomian terbesar ini sedang terlibat perang dagang.

Alasan investasi ini karena keyakinannya bahwa dalam satu dekade ke depan ada kemungkinan di daftar 20 perusahaan teknologi berkapitalisasi pasat terbesar di dunia akan berasal dari kedua negara ini.

Ada "perlombaan signifikan" antara AS dan China di bidang teknologi, khususnya dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), kata Jim Breyer yang juga CEO Breyer Capital, dilansir dari CNBC International.

"Di area seperti health care atau energi bersih, kerja sama akan jauh lebih baik dengan kolaborasi kedua negara dan teknologi mereka, daripada persaingan langsung," tambahnya.

"Hal menarik dari perang dagang .... Saya melihat berkurangnya investasi di Amerika Serikat dan beralih ke China, Saya melihat para investor terbaik China berinvestasi pada perusahaan teknologi Amerika Serikat," ujar Breyer.

Bahkan, jika perang dagang semakin memanas. Breyer mengatakan, perusahaan teknologi AS dan China tetap menjadi peluang investasi yang baik di masa depan. Karena, mereka memiliki kemungkinan untuk mengambil keuntungan terbesar dari teknologi.

"Saya yakin 10 tahun dari sekarang, 20 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, beberapa di antaranya mungkin menjadi US$2 triliun (Rp 29.239 triliun) atau lebih, 18 dari 20 perusahaan berasal dari perusahaan teknologi China dan AS," katanya.

Breyer percaya di masa mendatang, visioner teknologi akan bermunculan di China. Beberapa dari mereka akan membuat aplikasi kecerdasan buatan yang beragam untuk lingkungan, edukasi dan kesehatan.

AS dan China telah berkompetisi ketat dalam kecerdasan buatan. Persaingan telah berhasil membuat investor Silicon Valley cemas, karena sektor teknologi China bisa mengambil pasar mereka.

Perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal China telah menarik pendanaan lebih banyak dari AS: Tahun lalu, mereka berhasil mendapatkan 48% dari total pendanaan kecerdasan buatan, sedangkan AS hanya meraih 38%, menurut CB Insights.


Sebelumnya, China bertujuan menjadi pemimpin dunia dalam kecerdasan buatan pada tahun 2030. Sebuah tujuan yang membuat perkembangan pesat di negara tersebut. Perusahaan teknologi lokal seperti Baidu, Alibaba, Tencent, dan Didi Chuxing, Meituan-Dianping telah bekerja keras dalam bidang kecerdasan buat.

Menurut Breyer, perusahaan kecerdasan buatan China telah memimpin rival mereka (AS) dalam hal pengenalan wajah dan komputasi visual. Termasuk perusahaan pengenalan gambas, AI SenseTime, dimana Breyer merupakan investor tidak langsung.

Breyer menambahkan, "China memiliki beberapa bidang keahlian, faktanya ada delapan juta lulusan setiap tahunnya, lima juta orang adalah lulusan sains dan teknologi di China, dengan tingkat kompetensi, kreativitas, intensitas yang luar biasa tinggi."

Tetapi perusahaan-perusahaan AS memiliki keuntungan lebih daripada China.

"Perusahaan-perusahaan AS memiliki data yang lebih baik. Mereka memahami cara menganalisis data, dan jika kita berpikir tentang terobosan besar dalam meningkatkan hasil pasien. Contohnya, kanker di seluruh dunia, perusahaan AS saat ini memiliki peran yang sangat signifikan dibandingkan perusahaan China, "kata Breyer.

Kamis, 26 Maret 2020

Akhirnya, Super Komputer NASA Turun Tangan Hadapi Virus Corona


OneTekno - Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, akan menggunakan keahlian komputer supernya untuk melawan wabah virus corona.

Super komputer NASA ini sebelumnya telah digunakan saat wabah terakhir terjadi, seperti epidemi Ebola tahun 2014 dan epidemi Zika pada tahun 2015 silam.

Administrator NASA Jim Bridenstine dalam akun Twitternya mengumumkan, bahwa mereka akan mengarahkan kekuatan super komputernya secara langsung untuk menghadapi wabah COVID-19.

"Saya bangga NASA meminjamkan keahlian superkomputasi kami untuk membantu dalam perjuangan global melawan COVID-19. Selama lebih dari enam dasawarsa, agensi ini menggunakan keahliannya untuk menghadapi tantangan yang menguntungkan orang di seluruh dunia dengan cara yang tidak terduga," tulis Jim Bridenstine dalam akun Twitter pribadinya, @JimBidenstine.

Pemerintah AS di Gedung Putih mengumukan inisiatif baru untuk bekerja sama dengan NASA, National Science Foundation, dan sekelompok laboratorium Departemen.

Gedung Putih menyatakan bahwa para peneliti yang saat ini bekerja pada proyek yang berbeda yakni mengenai COVID-19 akan dapat menerapkan kekuatan superkomputer.

Dikutip Pikiran-rakyat.com dari Tweak Town, super komputer akan memecahkan angka-angka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek-proyek ini, yang kemudian akan mempercepat melawan penyebaran COVID-19.

Rabu, 25 Maret 2020

Peretas Serang WHO dengan Virus Corona


OneTekno - Peretas atau hacker elite mencoba membobol Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan serangan siber bernama virus corona -- nama wabah yang sudah menyebar di dunia.

Menurut pejabat senior lembaga yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss itu, serangan siber mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat.

Kepala Pejabat Keamanan Informasi WHO Flavio Aggio mengatakan identitas para peretas tidak jelas dan upaya itu tidak berhasil.

"Tetapi upaya peretasan terhadap agensi dan mitranya telah meningkat ketika mereka berjuang untuk menahan virus corona, yang telah menewaskan lebih dari 15.000 di seluruh dunia," ujar dia kepada Reuters, Senin, 23 Maret 2020.


Upaya pembobolan di WHO pertama kali diketahui oleh Alexander Urbelis, pakar keamanan siber dan pengacara dari Blackstone Law Group yang berbasis di New York, yang melacak aktivitas pendaftaran domain internet yang mencurigakan.

Dia menjelaskan, telah menerima aktivitas sekitar 13 Maret, ketika sekelompok peretas yang dia ikuti mengaktifkan situs jahat yang meniru sistem email internal WHO.

"Saya menyadari dengan cepat bahwa ini adalah serangan langsung terhadap Organisasi Kesehatan Dunia di tengah pandemi," katanya.

Urbelis mengatakan dia tidak tahu siapa yang bertanggung jawab di balik peretasan itu, tapi dua sumber lain yang memberi pengarahan tentang masalah itu, mencurigai sekelompok peretas tingkat lanjut yang dikenal sebagai DarkHotel. Kelompok tersebut telah melakukan operasi spionase dunia maya setidaknya sejak 2007.

Ketika beberapa pesan dikirim ke alamat email yang dikelola oleh peretas, pesan tersebut tidak berbalas. Aggio juga mengkonfirmasi bahwa situs yang ditemukan oleh Urbelis telah digunakan dalam upaya untuk mencuri kata sandi dari beberapa staf agen.

"Ada peningkatan besar juga dalam penargetan WHO dan insiden keamanan siber lainnya," tutur Aggio. "Tidak ada angka pasti, tapi upaya kompromi seperti itu terhadap kami dan penggunaan peniruan (WHO) untuk menargetkan orang lain meningkat lebih dari dua kali lipat."

WHO telah memperingatkan bahwa peretas berpura-pura sebagai agen untuk mencuri uang dan informasi sensitif dari masyarakat. Pejabat pemerintah di Amerika Serikat, Inggris dan di tempat lain juga mengeluarkan peringatan keamanan siber tentang bahaya ketika karyawan bekerja dari rumah buntut dari merebaknya pandemi virus corona.

Perusahaan cybersecurity termasuk Bitdefender Romania dan Kaspersky yang bermarkas di Moskow mengatakan mereka telah melacak banyak operasi DarkHotel ke Asia Timur--area yang secara khusus dipengaruhi oleh virus corona. Sasaran spesifik telah mencakup pegawai pemerintah dan eksekutif bisnis di tempat-tempat seperti Cina, Korea Utara, Jepang, dan Amerika Serikat.

Costin Raiu, kepala penelitian dan analisis global di Kaspersky, tidak dapat mengkonfirmasi bahwa DarkHotel bertanggung jawab atas serangan WHO. Tapi menurutnya, infrastruktur web jahat yang sama juga telah digunakan untuk menargetkan organisasi kesehatan dan kemanusiaan lainnya dalam beberapa pekan terakhir.

"Pada saat-saat seperti ini, informasi apa pun tentang penyembuhan atau tes atau vaksin yang berkaitan dengan virus corona akan sangat berharga dan prioritas dari setiap organisasi intelijen di negara yang terkena dampak," ujar Raiu.

Para pejabat dan pakar keamanan dunia maya telah memperingatkan bahwa peretas dari semua garis berusaha memanfaatkan kekhawatiran internasional atas penyebaran virus corona.

Urbelis menambahkan, dia telah melacak ribuan situs web bertema virus corona yang dibuat setiap hari, banyak dari mereka jelas berbahaya. "Masih sekitar 2.000 sehari. Saya tidak pernah melihat serangan siber seperti ini," kata Urbelis menambahkan.

Selasa, 24 Maret 2020

Studi Sebut Corona Hidup di Udara, WHO Peringatkan Staf Medis


OneTekno - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan tindakan pencegahan melalui udara untuk staf medis setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara dalam partikel halus yang dikenal sebagai aerosol.

"Virus corona diketahui ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," ujar Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, kepada wartawan saat konferensi pers virtual pada hari Senin, 16 Maret 2020.

"Ketika Anda melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti di fasilitas perawatan medis, Anda memiliki kemungkinan melakukan aerosolisasi partikel-partikel ini, yang berarti mereka dapat tinggal di udara sedikit lebih lama."

"Sangat penting bahwa petugas kesehatan mengambil tindakan pencegahan tambahan ketika mereka bekerja pada pasien dan melakukan prosedur itu," tambahnya.

Sebelumnya sebuah penelitian mengungkap bahwa virus corona SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup di udara selama beberapa jam dalam partikel halus yang dikenal sebagai aerosol.

Virus corona, yang menyebabkan infeksi pernafasan COVID-19, dapat dideteksi hingga 3 jam setelah aerosolisasi dan dapat menginfeksi sel sepanjang periode waktu itu, menurut penulis penelitian, sebagaimana dikutip Live Science, 14 Maret 2020.

Penelitian itu, yang pertama kali diposting 10 Maret di database preprint medRxiv, masih merupakan penelitian awal, karena belum mengalami peer-review yang luas. Para penulis menerima komentar dari satu jurnal ilmiah prospektif, dan memposting versi terbaru dari penelitian pada 13 Maret yang mencerminkan revisi.

Dengan asumsi hasil awal ini, transmisi aerosol dari SARS-CoV-2 tampaknya masuk akal, tulis para penulis - tetapi beberapa pertanyaan kunci tetap tidak terjawab.

"Kami masih belum tahu seberapa tinggi konsentrasi SARS-CoV-2 yang layak dalam praktek untuk menginfeksi manusia, meskipun ini adalah sesuatu yang kami modelkan di masa depan," ujar rekan penulis Dylan Morris, seorang mahasiswa pascasarjana di Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi di Universitas Princeton, kepada Live Science melalui email.

Menurut Morris, aerosolisasi kemungkinan terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan, dan tidak terjadi dalam kondisi sehari-hari yang umum.

Selama wabah SARS pada 2002-2003, aerosol mendorong serangan penyebaran virus yang parah dalam pengaturan perawatan kesehatan, kata Gordon.

Secara khusus, penggunaan intubasi - di mana tabung dimasukkan ke tenggorokan pasien - dan nebuliser - yang mengubah obat menjadi kabut yang dapat dihirup - menghasilkan aerosol dan meningkatkan risiko penularan virus ke penyedia layanan kesehatan.

Selain itu, aerosol yang dikeluarkan dalam feses kemungkinan mendorong dua peristiwa superspreader SARS dalam pengaturan perawatan kesehatan, satu di kompleks apartemen dan yang lainnya di sebuah hotel.

"Jika terhirup, aerosol halus sering melakukan perjalanan lebih dalam ke dalam tubuh daripada tetesan pernapasan berat, dan memicu infeksi parah di paru-paru," ujar Morris.

Senin, 23 Maret 2020

Chloroquine Lawan Virus Corona, Bagaimana Risetnya?


OneTekno - Obat malaria Chloroquine phosphate dilaporkan telah digunakan para dokter di Cina dan sejumlah negara lain untuk mengobati pasien virus corona COVID-19. Penggunaan itu tergolong eksperimen karena belum tersedia obat dan vaksin untuk infeksi virus yang baru muncul akhir tahun lalu itu.

Di Amerika, meski Presiden Donald Trump mengklaim hasil yang sangat menggembirakan dari obat ini untuk virus corona, namun Food and Drug Administration (FDA) segera mengklarifikasi bahwa obat ini belum disetujui sebagai pengobatan untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus SARS-CoV-2.

FDA mengatakan obat ini masih harus dinilai dalam uji klinis sebelum dinyatakan sebagai pengobatan COVID-19 yang aman dan efektif. Namun, dokter di AS memiliki kebebasan luas untuk meresepkan obat "tidak berlabel", yang berarti untuk kondisi di luar persetujuan awal FDA mereka.

Pertama kali dikembangkan pada tahun 1940-an, Chloroquine mendapat persetujuan FDA sebagai pengobatan malaria pada tahun 1949 dan lama digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit tersebut, menurut database DrugBank.

“Sebuah laporan tahun 2005 yang diterbitkan dalam jurnal Virology pertama kali meningkatkan kemungkinan chloroquine dan turunannya hydroxychloroquine efektif dalam mengobati COVID-19,” kata Dr. Len Horovitz, seorang spesialis penyakit dalam dan paru di Lenox Hill Hospital di New York City, kepada Live Science, Sabtu, 21 Maret 2020.

Studi ini mengungkapkan bahwa Chloroquine dapat mencegah penyebaran virus SARS-CoV, yang menyebabkan sindrom pernafasan akut yang parah hampir 20 tahun yang lalu, pada sel primata yang tumbuh dalam kultur.

Chloroquine mengganggu kemampuan virus untuk mereplikasi dengan dua cara. Pertama, obat memasuki kompartemen yang disebut endosom di dalam membran sel. Endosom cenderung sedikit asam, tetapi struktur kimia obat itu meningkatkan pH mereka.

Banyak virus, termasuk SARS-CoV, mengasamkan endosom untuk melanggar membran sel, melepaskan bahan genetik mereka dan mulai replikasi; chloroquine memblokir langkah kritis ini.

Obat ini juga mencegah SARS-CoV masuk ke reseptor yang disebut angiotensin-converting enzyme 2, atau ACE2, pada sel primata, menurut laporan tahun 2005 itu. Ketika virus memasukkan protein lonjakannya ke dalam reseptor ACE2, ia memicu proses kimia yang mengubah struktur reseptor dan memungkinkan virus untuk menginfeksi. Dosis Chloroquine yang memadai tampaknya merusak proses ini, dan pada gilirannya, replikasi virus secara umum.

"Diperkirakan bahwa apa pun yang berkaitan dengan SAR-CoV-1 mungkin berlaku untuk SARS-CoV-2," kata Horovitz.

Pada bulan Februari, sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh ahli virologi Manli Wang dari Chinese Academy of Sciences menguji ide tersebut dan menemukan bahwa Chloroquine berhasil menghentikan penyebaran SARS-CoV-2 dalam sel manusia yang dikultur.

Laporan awal dari Cina, Korea Selatan dan Prancis menyebutkan bahwa perawatan ini setidaknya agak efektif dalam merawat pasien manusia, dan beberapa rumah sakit di AS telah mulai memberikan obat, menurut The New York Times. Selain itu, FDA sedang mengorganisir uji klinis besar untuk secara resmi menilai efek obat, Times melaporkan.

Namun, karena pasokan chloroquine di Cina tidak mampu memenuhi kebutuhan, dan fakta bahwa overdosis dapat menyebabkan keracunan akut atau kematian pada manusia, tim Wang juga menyelidiki obat hydroxychloroquine yang terkait erat.

Meskipun memiliki struktur yang sama, hidroksi Chloroquie menunjukkan toksisitas yang lebih rendah pada hewan daripada Chloroquine dan tetap tersedia secara luas sebagai pengobatan untuk lupus dan rheumatoid arthritis, menurut para penulis.

Tim Wang menguji hydroxychloroquine dalam sel primata dan menemukan bahwa, seperti chloroquine, obat itu mencegah replikasi SARS-CoV-2, menurut sebuah laporan yang diterbitkan 18 Maret dalam jurnal Cell Discovery. Mulai Februari 23, tujuh uji klinis telah terdaftar di Chinese Clinical Trial Registry untuk menguji efektivitas obat terhadap infeksi COVID-19, menurut para penulis.

Di AS, University of Minnesota sedang mempelajari apakah menggunakan hydroxychloroquine dapat melindungi orang yang hidup dengan pasien COVID-19 yang terinfeksi agar tidak terjangkit virus itu sendiri, menurut Times.

Chloroquine dan hydroxychloroquine telah kekurangan pasokan sejak awal bulan ini, menurut American Farm of Health-System Apoteker. Tetapi pada 19 Maret, perusahaan farmasi Bayer menyumbangkan 3 juta tablet kepada pemerintah federal, dan Novartis, Mylan dan Teva bergerak untuk mengikutinya, menurut FiercePharma.

“Meskipun kita tidak akan mengetahui hasil uji coba ini untuk beberapa waktu, keuntungan dari mencoba chloroquine dan hydroxychloroquine sebagai perawatan COVID-19 adalah bahwa profil keamanan obat dipahami dengan baik,” kata Horovitz.

Kedua obat umumnya ditoleransi dengan baik pada dosis yang ditentukan tetapi dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, sakit kepala dan lebih jarang, gatal, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika. Ketika diminum dalam dosis tinggi selama bertahun-tahun, obat ini dapat menyebabkan kondisi mata yang langka yang dikenal sebagai retinopati.

Kedua obat dapat berinteraksi dengan obat lain dan dosis harus disesuaikan untuk memperhitungkan interaksi obat. Mereka yang menderita psoriasis tidak boleh menggunakan salah satu obat, CDC mencatat. Dalam bentuknya saat ini, obat-obatan itu juga tidak aman bagi mereka yang menderita aritmia jantung, atau mereka yang mengalami gangguan ginjal atau hati, lapor Times.

Sabtu, 21 Maret 2020

Jubir Kemenkes Iran: Virus Corona Membunuh 1 Orang Tiap 10 Menit


OneTekno - Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran menyatakan virus Corona atau COVID-19 membunuh satu orang setiap 10 menit di Iran ketika jumlah kematian di Iran naik menjadi 1.284.

"Berdasarkan informasi kami, setiap 10 menit satu orang meninggal karena virus Corona dan sekitar 50 orang terinfeksi virus setiap jam di Iran," tweet Kianush Jahanpur pada Kamis, dikutip dari Reuters, 20 Maret 2020.

Pada hari Kamis, wakil Menteri Kesehatan Iran Alireza Raisi mengatakan jumlah total infeksi telah mencapai 18.407, menurut laporan Arab News.

Alireza Raisi mengatakan kepada TV pemerintah bahwa pejabat kesehatan telah mencatat 1.046 kasus baru dalam 24 jam terakhir pada Kamis.


Tingkat kasus ini bisa melambung, menurut simulasi komputer yang dilakukan oleh Universitas Teknologi Sharif Teheran minggu ini, yang menyimpulkan bahwa dalam skenario terbaik, jumlah korban jiwa bisa melebihi 12.000 dan mencapai puncaknya pada pertengahan Mei, dikutip dari The Independent.

Pekan lalu, gambar satelit menunjukkan Iran telah menggali kuburan massal di dekat Qom, yang diyakini untuk mengubur korban meninggal virus Corona.

Iran adalah negara Timur Tengah dengan kematian tertinggi virus Corona, dan tertinggi ketiga di dunia setelah Italia dan Cina daratan. Pada Kamis, korban meninggal virus Corona di Italia melebih kematian di Cina, pusat wabah virus Corona berasal.

Reuters melaporkan total 427 kematian telah dilaporkan di Italia selama 24 jam terakhir, menjadikan total penghitungan nasional menjadi 3.405 sejak wabah itu muncul pada 21 Februari. Sementara Cina telah mencatat 3.245 kematian virus Corona sejak awal Januari.

Jumat, 20 Maret 2020

Lawan Corona, WhatsApp Kucurkan Dana dan Bikin Pusat Informasi


OneTekno - Aplikasi pesan WhatsApp mengumumkan dua inisiatif untuk mendukung upaya global dalam melawan pandemi virus corona COVID-19, yakni melalui peluncuran global Pusat Informasi COVID-19 WhatsApp yang berkolaborasi dengan beberapa lembaga di PBB dan donasi US$ 1 juta (setara Rp 16 miliar) untuk Jaringan Internasional Penguji Fakta (IFCN) asuhan Poynter Institute.

Will Cathcart, Head of WhatsApp, menerangkan bahwa pusat informasi yang akurat di masa seperti ini menjadi hal yang penting. "Kami ingin menyediakan pusat informasi sederhana yang dapat membantu menghubungkan orang-orang di saat yang penuh kewaspadaan ini," ujar dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 18 Maret 2020.

Pusat Informasi COVID-19 WhatsApp yang diluncurkan dapat ditemukan di laman whatsapp.com/coronavirus yang berisi panduan sederhana bagi para petugas kesehatan, tenaga pengajar, tokoh masyarakat, organisasi nirlaba, jajaran pemerintah, serta pelaku bisnis yang senantiasa mengandalkan WhatsApp untuk berkomunikasi.

Beberapa lembaga yang bekerja sama dalam pusat informasi itu adalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Situs juga menawarkan tips dan konten umum bagi pengguna di seluruh dunia demi mengurangi penyebaran rumor dan membuka akses terhadap informasi kesehatan yang akurat.

Cathcart mengamati bahwa selama periode wabah corona banyak yang mengandalkan WhatsApp, baik dalam komunikasi antar-teman dan orang yang dicintai, antara dokter dan pasiennya, maupun guru dan siswanya.

Menurut Administrator of the United Nations Development Programme (UNDP), Achim Steiner, informasi terkini tentang COVID-19 kepada komunitas lokal di seluruh dunia adalah bagian penting dari upaya komunitas internasional untuk membendung penyebaran virus.

"Kerja sama dengan perusahaan swasta seperti WhatsApp akan membantu penyampaian informasi penting secara real-time dari WHO dan tenaga kesehatan setempat kepada miliaran pengguna di seluruh dunia," kata Steiner.

Sementara pendanaan US$ 1 juta dari WhatsApp kepada IFCN akan mendukung upaya pengujian fakta oleh aliansi #CoronaVirusFacts dan menjangkau lebih dari 100 organisasi lokal yang sejauh ini tersebar di 45 negara.

Setahun terakhir, WhatsApp berupaya mendatangkan berbagai organisasi penguji fakta langsung di platform WhatsApp untuk melakukan crowdsource dan melaporkan rumor yang beredar dalam layanan perpesanan, termasuk WhatsApp atau SMS.

Pendanaan ini bertujuan untuk mendukung pelatihan cara menggunakan fitur-fitur dalam WhatsApp Business, termasuk WhatsApp Business API. Perluasan kehadiran organisasi penguji fakta tersertifikasi IFCN ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menanggapi potensi rumor yang berbahaya.

Kami juga senang karena bisa bekerja sama dengan Poynter Institute untuk membantu menumbuhkan sejumlah organisasi penguji fakta di WhatsApp serta mendukung pekerjaan mulia mereka dalam mematahkan rumor," kata Cathcart.

Baybars Orsek, Director of IFCN, menambahkan, donasi yang diberikan WhatsApp akan membantu pengujian fakta yang diterbitkan oleh aliansi #CoronaVirusFacts untuk menjangkau lebih banyak orang. "Serta membantu mereka membedakan antara fakta dan fiksi di tengah arus informasi yang tak terbendung seperti sekarang, yang mana disebut sebagai 'infodemic' oleh WHO," kata Orsek.

IFCN juga berharap dapat menemukan cara untuk memahami penyebaran informasi palsu terkait kesehatan dalam berbagai format di WhatsApp, serta menyediakan alat bagi para penguji fakta untuk mendeteksi dan mematahkan misinformasi di dalam aplikasi perpesanan.

WhatsApp juga telah bekerja sama dengan sejumlah kementerian kesehatan nasional dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memberikan informasi faktual kepada pengguna di berbagai negara, termasuk Singapura, Israel, Afrika Selatan, Brasil, dan Indonesia. Seiring upaya ini berlanjut, pusat informasi ini akan terus diperbarui sesuai situasi terkini.

Berkekuatan 6,3 M, Gempa Bali Hasilkan 12 Kali Gempa Susulan


 OneTekno - Gempa bumi dengan kekuatan 6,6 Magnitudo mengguncang Kuta, Bali, hingga Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis dini hari 19 Maret 2020. Laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa terjadi pada pukul 00.45.37 WIB.

Gempa terekam berlokasi dari kedalaman 10 kilometer di bawah laut di Samudera Indonesia, 273 kilometer bara daya Kuta Selatan. Episentrum sumber gempa tepatnya berada di 11,25 Lintang Selatan dan 115,09 Bujur Timur. BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Berdasarkan peta  yang diberikan BMKG, lokasi sumber gempa tepat di zona tumbukan lempeng benua  australia dan eurasia. Belum ada keterangan lebih rinci yang dibagikan tentang penyebab namun BMKG memperingatkan akan adanya gempa susulan yang mungkin terjadi. "Hati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi," sebut BMKG.

Menurut BMKG, Getaran gempa yang terjadi terukur berintensitas hingga skala IV MMI di Denpasar, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Barat, serta skala III di Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Bima, Dompu, Lombok Utara.

Skala IV MMI diilustrasikan sebagai pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi. Skala III lebih ringan yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu

Dalam media sosial, goyangan gempa itu terungkap terasa pula sampai Jawa Timur di daerah-daerah seperti Banyuwangi, Malang, dan Jember. "Jember juga, kaca jendela ampe geter," kata pemilik akun twitter @ferlyya membalas informasi yang dibagikan BMKG.

Kamis, 19 Maret 2020

Riset: Virus Corona Menyebar Lewat 'Penularan Tersembunyi'


OneTekno - Kasus virus corona atau COVID-19 yang tidak terdeteksi atau terdiagnosa, kemungkinan adalah sebab yang membuat penyakit itu cepat menular.
Sebuah studi baru menyebut bahwa orang dengan COVID-19 yang tidak terdiagnosa, kemungkinan karena mereka tidak merasa sakit, merupakan sumber dari dua pertiga kasus COVID-19 di China. Itu terjadi pada awal-awal wabah muncul.

"Ledakan kasus COVID-19 di China sebagian besar dipicu oleh individu dengan gejala ringan, terbatas atau tidak ada gejala sehingga tidak terdeteksi," kata pembesut studi ini, profesor Jeffrey Shaman dari Columbia University Mailman School of Public Health.

"Kasus yang tidak terdeteksi bisa mengekspos porsi jauh lebih besar dari populasi ke virus tersebut. Penularan tersembunyi itu akan terus menjadi tantangan besar untuk menangkal wabah ini ke depan," paparnya, dikutip detikINET dari Live Science.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Science ini menggunakan simulasi komputer untuk menggambarkan penyebaran SARS-C0V-2, virus yang menyebabkan COVID-19, di 375 kota di China termasuk Wuhan.

Mereka memadukan data angka infeksi dan informasi pergerakan warga yang didapat dari koneksi ponsel. Mereka mengestimasi bahwa sebelum dilakukan lock down di Wuhan, sekitar 86% infeksi COVID-19 di China tidak terdeteksi.

Artinya untuk setiap satu kasus penderita COVID-19 terkonfirmasi, ada 6 kasus lain yang tidak terendus. Kasus itulah yang bertanggung jawab terhadap mayoritas penyebaran penyakit sebelum dilakukan lock down.

Saat ini, banyak negara yang masih belum banyak melakukan tes virus corona pada warganya. Maka kasusnya di seluruh dunia, menurut studi ini, bisa saja 5 sampai 10 kali lipat lebih tinggi daripada yang dilaporkan, mungkin sekitar 1,5 juta penderita.

"Kita tahu bahwa ini hanya puncak dari gunung es. Pertanyaannya adalah seberapa banyak gunung es yang terbenam," sebut Shaman.

"Kita dapat berargumentasi mengenai angka yang pasti, tapi jika Anda tidak berada di lokasi di mana Anda tidak secara aktif mencari orang dan mengetesnya, maka mayoritas infeksi akan tidak terdeteksi," cetus dia.

Setelah China melakukan lock down, otoritas dapat mendeteksi mayoritas kasus dan menekan penyebaran virus corona. Periset ini menyarankan identifikasi dan isolasi radikal terhadap infeksi yang sebelumnya tidak teridentifikasi dibutuhkan untuk sepenuhnya mengendalikan virus corona.

Rabu, 18 Maret 2020

Microsoft Rilis Peta Interaktif untuk Lacak Virus Corona


OneTekno - Microsoft baru saja merilis peta interaktif untuk melacak penyebaran virus corona. Perusahaan menggunakan sumber data yang hampir sama seperti situs web Johns Hopkins.

Mengutip laman Ubergizmo, Selasa (17/3/2020), peta tersebut selalu diperbarui dan diklaim cukup akurat karena datanya disusun langsung oleh tim Microsoft.

Menariknya, kamu dapat berinteraksi dengan masing-masing titik data di peta untuk mendapatkan rincian lebih lanjut tentang jumlah kasus yang dikonfirmasi, kasus aktif, kasus yang dipulihkan, dan kasus fatal.

Untuk beberapa lokasi, kamu juga bisa mendapatkan rincian statistik untuk kota/negara bagian.

Selain peta, jaringan berita Bing juga muncul ketika kamu memilih lokasi. Jadi, kamu juga dapat melihat berita terbaru dengan cepat saat memeriksa peta untuk perincian tentang dampak virus corona di seluruh dunia.

Bill Gates Pernah Prediksi Penyebaran Virus Baru 5 Tahun Lalu


Sebelumnya, pendiri Microsoft,Bill Gates, ternyata sudah pernah menyebut ancaman terbesar manusia di masa depan adalah pandemik virus. Meski tidak menyebut secara pasti virus Corona, prediksi itu sudah diungkapkan Bill lima tahun lalu.

Bill mengungkapkan prediksinya itu saat menjadi pembicara dalam acara TED Talk 2015. Dalam kesempatan itu, dia mengatakan masalah terbesar manusia berasal dari mikroba, bukan misil.

"Jika ada sesuatu yang dapat membunuh 10 juta orang dalam satu beberapa dekade, kemungkinan besar merupakan virus dengan infeksi tinggi, ketimbang perang," tutur Bill Gates seperti dikutip dari akun YouTube TED, Senin (16/3/2020).

Suami Melinda Gates itu juga menyoroti ketidaksiapan pemerintah dunia terhadap pandemik yang mungkin terjadi. Menurut dia, tidak banyak pemerintah yang berinvestasi pada sistem untuk menghentikan epidemik.

"Kita tidak siap untuk epidemik selanjutnya," tuturnya di kala itu. Dia pun sempat menceritakan, salah satu penyebaran ebola yang begitu cepat karena memang saat itu belum ada sistem untuk menanganinya.

Bill Gates juga menyoroti sistem kesehatan global yang dianggap belum menyiapkan sebuah perlakuan yang perlu dilakukan untuk menghadapi epidemik, mulai dari piranti hingga personel kesehatan.

Prediksi soal Virus Baru


Pendiri Microsoft itu juga menyebut ada kemungkinan di masa depan ada virus berbeda dari yang ditemukan saat ini, seperti ebola.

Dia menuturkan, salah satu faktor yang membuat penyebaran ebola berhenti adalah penderitanya benar-benar harus istirahat, sehingga dia tidak menularkan virus tersebut. Namun di masa depan, hal itu dapat berbeda.

"Jadi selanjutnya, kita mungkin tidak terlalu beruntung. Ada orang yang terjangkit virus, tapi masih sehat meski terinfeksi, sehingga mereka bisa naik pesawat atau ke pasar," tuturnya lebih lanjut.

Sumber virus ini, menurut Bill, bisa saja merupakan epidemik alami, seperti ebola atau bioterorisme. Karena itu, dia mendorong agar pemerintah global membangun sistem respons yang sangat bagus untuk menghadapi hal ini.

Terlebih, saat ini manusia sudah memiliki teknologi, ilmu, dan kemajuan di bidang biologi yang dapat diberdayakan untuk membuat sistem semacam itu.

Selasa, 17 Maret 2020

Pohon Akasia Menangis seperti Suara Perempuan Gegerkan Warga Jember


Warga Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember dalam tiga hari terahir dihebohkan dengan kemunculan pohon jenis akasia yang konon bisa menangis dan suaranya terdengar mirip perempuan. Fenomena itu mulai ramai sejak Jumat 17 Januari 2020 kemarin.

Keanehan pohon setinggi 20 meter di belakang rumah milik Abdul Ajis itu pun kini ramai didatangi warga yang ingin melihat langsung pohon serta suara tangisan di dalam batang pohon tersebut.

Pemilik pohon akasia, Abdul Ajis menuturkan, pohon tersebut ditanam lima tahun lalu. Awalnya, tidak ada yang aneh dari pohon tersebut. Namun belakangan, dia kerap mendengar tangisan mirip suara perempuan dari dalam pohon tersebut.

Ajis mengaku semula  cucunya yang mendengarkan ada suara perempuan menangis saat telinganya didekatkan ke pohon akasia itu.

“Awalnya cucu saya yang denger suara tangisan dari pohon itu. Dia terus lapor ke saya. Awalnya saya tak percaya, tapi pas telinga saya tempelkan ke batang pohon memang ada suara seperti tangisan perempuan,” ujarnya, melansir dari laman iNews.id.

Menurut Ajis, suara seperti tangisan dari batang pohon itu sangat kecil seperti air bertemu air hingga memunculkan suara gemericik mirip orang menangis.

Ajis pun tak habis pikir dengan fenomena itu hingga membuat banyak orang penasaran. Ia dan beberapa warga lainnya justru menduga jika suara itu muncul dari zat cair dalam batang pohon tersebut yang sedang mengalir karena tekanan berkurang sehingga menimbulkan suara mirip orang menangis.

Keanean pohon yang viral di media sosial itu pun mengundang penasaran warga Jember dan sekitarnya. Mereka terus berdatangan untuk melihat dari dekat pohon akasia dan suara tangisan itu.

Warga Desa Puger, Sodiq mengaku sengaja datang ke Desa Mojosari hanya untuk melihat dari dekat pohon akasia yang kabarnya berbunyi seperti orang menangis.

“Ya, penasaran saja dan memang bener ada suara tangisan seperti suara perempuan. Tapi, caranya telinga harus ditempelkan ke batang pohon karena suaranya lirih,” ujar Sodiq.

Senin, 16 Maret 2020

Astronom Temukan Planet yang Dihujani Besi


OneTekno - Astronom baru saja menemukan exoplanet yang mengalami hujan besi. Walau terdengar seperti cerita fiksi ilmiah, ini merupakan salah satu fenomena alam yang dialami planet Wasp-76b.
Dikutip detikINET dari BBC, Minggu (14/3/2020) exoplanet ini berjarak sangat dekat dengan bintangnya. Akibatnya, suhu di siang harinya mencapai 2.400 derajat Celcius, cukup panas untuk membuat metal menguap.

Tapi di sisi lainnya yang selalu gelap karena tidak menghadap ke arah bintang, suhunya 1.000 derajat lebih dingin sehingga metal-metal tersebut bisa mengembun dan menetes seperti hujan.

"Bayangkan alih-alih gerimis tetesan air, kalian melihat tetesan besi yang jatuh dari langit," kata Associate Professor of Astronomy University of Geneva, David Ehrenreich.

Ehrenreich dan timnya baru saja menerbitkan hasil penelitian mereka di jurnal Nature. Mereka juga menjelaskan bagaimana meneliti proses kimia di Wasp-76b menggunakan instrumen ESPRESSO di Very Large Telescope di Chile.

Berdasarkan studi tersebut, Wasp-76b berjarak 640 tahun cahaya dari Bumi. Jaraknya sangat dekat dengan bintangnya, sehingga satu revolusi bisa diselesaikan dalam waktu 43 jam.

Planet ini pertama kali ditemukan pada 2013. Massanya hampir sama besar seperti Jupiter, tapi hampir dua kali lebih lebar.

Selain hujan besi, fitur menarik lainnya dari planet ini adalah posisinya yang 'tidally locked'. Artinya salah satu sisinya selalu menghadap bintang.

Hal ini yang membuat satu sisi Wasp-76b selalu panas membara. Belahan ini saking panasnya membuat semua awan tersebar dan semua molekul di atmosfer terpecah menjadi atom-atom individual.



Menggunakan spectrometer di instrumen ESPRESSO, tim ilmuwan ini mendeteksi uap besi yang sangat kuat saat hari di Wasp-76b berganti menjadi malam. Tapi ketika tim ini mengawasi transisi di pagi hari, sinyal besi tersebut menghilang.

"Secara mengejutkan, kami tidak melihat uap besi ini saat fajar. Satu-satunya penjelasan yang mungkin terhadap fenomena ini adalah terjadi hujan besi di sisi gelap exoplanet ini dengan kondisi ekstrem," jelas Ehrenreich.

"Apa yang kami duga adalah bahwa besi mengembun di sisi malam yang, walau masih panas pada suhu 1.400 derajat Celcius, cukup dingin sehingga besi dapat mengembun sebagai awan, hujan, mungkin sebagai tetesan," imbuhnya.

Perbedaan temperatur yang ekstrem antara sisi 'siang hari' dan 'malam hari' di Wasp-76b bisa menghasilkan angin super kencang sampai 18.000 km/jam. Akibatnya tetesan ini bukan turun seperti gerimis, tapi lebih cepat dari peluru.

Keanehan Wasp-76b bukan hanya sekedar membuat mata terbelalak. Informasi ini bisa digunakan ilmuwan untuk memahami atmosfer exoplanet lainnya lebih jauh.

"Exoplanet merupakan harta karun yang penuh kejutan. Semakin kalian melihat, semakin banyak yang bisa ditemukan," pungkasnya.


Jumat, 13 Maret 2020

Ketakutan Publik atas Virus Corona Bikin Harta Bos Facebook Berkurang Rp 59 Miliar


OneTekno - CEO Facebook Mark Zuckerberg kehilangan kekayaannya sebesar USD 4,1 miliar atau setara Rp 59 miliar hanya dalam satu hari.

Pria 35 tahun ini kehilangan kekayaannya karena nilai saham Facebook turun gara-gara ketakutan publik atas virus corona. Demikian menurut laman Forbes.

Mengutip Business Insider, Rabu (11/3/2020), penurunan kekayaan Mark Zuckerberg ini merupakan yang terbesar dalam daftar kekayaan miliarder Forbes pada pekan lalu.

Dalam laporan disebutkan, investor mungkin mewaspadai ketergantungan Facebook pada sektor-sektor yang terdampak virus corona paling parah. Misalnya sektor perjalanan, ritel, barang yang dikemas konsumen, dan hiburan untuk pendapatan iklannya.

Menurut analis Needham Laura Martin, keempat industri di atas menyumbang antara 30-45 persen dari total pendapatan Facebook.

Menolak Berkomentar


Perwakilan Facebook untuk Mark Zuckerberg tidak memberikan respons untuk memberikan permintaan komentar atas kekayaan sang CEO.

Sekadar informasi, Forbes memperkirakan kekayaan Mark Zuckerberg sekarang mencapai USD 64,2 miliar. Dari angka itu, 13 persen sahamnya di Facebook merupakan kontributor utama kekayaannya.

Kekayaan Bos Amazon Juga Turun


Untuk diketahui, Zuckerberg mendirikan Facebook ketika masih berkuliah di Harvard pada 2004.

Selama satu pekan terakhir, nilai saham Facebook anjlok 7 persen pada penutupan pasar hari Senin.

Tidak hanya Mark Zuckerberg yang keyaaannya turun. CEO Amazon Jeff Bezos juga kehilangan USD 18 miliar kekayaannya dalam sebulan terakhir.