Jumat, 27 Maret 2020

Ingin Cuan? Investasi di Perusahaan Teknologi AS-China!


OneTekno - Investor awal Facebook, Jim Breyer memilih untuk menginvestasikan dana di perusahaan teknologi Amerika Serikat dan China meski kedua negara dengan perekonomian terbesar ini sedang terlibat perang dagang.

Alasan investasi ini karena keyakinannya bahwa dalam satu dekade ke depan ada kemungkinan di daftar 20 perusahaan teknologi berkapitalisasi pasat terbesar di dunia akan berasal dari kedua negara ini.

Ada "perlombaan signifikan" antara AS dan China di bidang teknologi, khususnya dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), kata Jim Breyer yang juga CEO Breyer Capital, dilansir dari CNBC International.

"Di area seperti health care atau energi bersih, kerja sama akan jauh lebih baik dengan kolaborasi kedua negara dan teknologi mereka, daripada persaingan langsung," tambahnya.

"Hal menarik dari perang dagang .... Saya melihat berkurangnya investasi di Amerika Serikat dan beralih ke China, Saya melihat para investor terbaik China berinvestasi pada perusahaan teknologi Amerika Serikat," ujar Breyer.

Bahkan, jika perang dagang semakin memanas. Breyer mengatakan, perusahaan teknologi AS dan China tetap menjadi peluang investasi yang baik di masa depan. Karena, mereka memiliki kemungkinan untuk mengambil keuntungan terbesar dari teknologi.

"Saya yakin 10 tahun dari sekarang, 20 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia, beberapa di antaranya mungkin menjadi US$2 triliun (Rp 29.239 triliun) atau lebih, 18 dari 20 perusahaan berasal dari perusahaan teknologi China dan AS," katanya.

Breyer percaya di masa mendatang, visioner teknologi akan bermunculan di China. Beberapa dari mereka akan membuat aplikasi kecerdasan buatan yang beragam untuk lingkungan, edukasi dan kesehatan.

AS dan China telah berkompetisi ketat dalam kecerdasan buatan. Persaingan telah berhasil membuat investor Silicon Valley cemas, karena sektor teknologi China bisa mengambil pasar mereka.

Perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal China telah menarik pendanaan lebih banyak dari AS: Tahun lalu, mereka berhasil mendapatkan 48% dari total pendanaan kecerdasan buatan, sedangkan AS hanya meraih 38%, menurut CB Insights.


Sebelumnya, China bertujuan menjadi pemimpin dunia dalam kecerdasan buatan pada tahun 2030. Sebuah tujuan yang membuat perkembangan pesat di negara tersebut. Perusahaan teknologi lokal seperti Baidu, Alibaba, Tencent, dan Didi Chuxing, Meituan-Dianping telah bekerja keras dalam bidang kecerdasan buat.

Menurut Breyer, perusahaan kecerdasan buatan China telah memimpin rival mereka (AS) dalam hal pengenalan wajah dan komputasi visual. Termasuk perusahaan pengenalan gambas, AI SenseTime, dimana Breyer merupakan investor tidak langsung.

Breyer menambahkan, "China memiliki beberapa bidang keahlian, faktanya ada delapan juta lulusan setiap tahunnya, lima juta orang adalah lulusan sains dan teknologi di China, dengan tingkat kompetensi, kreativitas, intensitas yang luar biasa tinggi."

Tetapi perusahaan-perusahaan AS memiliki keuntungan lebih daripada China.

"Perusahaan-perusahaan AS memiliki data yang lebih baik. Mereka memahami cara menganalisis data, dan jika kita berpikir tentang terobosan besar dalam meningkatkan hasil pasien. Contohnya, kanker di seluruh dunia, perusahaan AS saat ini memiliki peran yang sangat signifikan dibandingkan perusahaan China, "kata Breyer.

Tidak ada komentar:
Write komentar