Minggu, 22 Desember 2019

Fakta-fakta Baterai HP, Dari Fast Charging Sampai Overcharging

 Ilustrasi Fast Charging. Foto: Xiaomi
ONEBET TECH  - Jakarta - Baterai adalah salah satu hal penting pada ponsel, bahkan bisa menjadi alasan memilih ponsel tertentu. Dari mulai daya tahannya sampai dengan durasi pengisian ulangnya.

Pabrikan ponsel kini berlomba-lomba menggunakan baterai berkapasitas besar pada ponsel buatannya, dan melengkapinya dengan teknologi pengisian cepat. Berikut adalah fakta-fakta mengenai baterai ponsel.

 Panas bisa dibilang adalah musuh utama baterai. Baterai yang terpapar suhu tinggi secara terus menerus disebut bakal mempunyai daya tahan yang lebih pendek dari biasanya.

 Menurut Isidor Buchmann, pendiri dan CEO Cadex Electronics, sebuah perusahaan teknologi baterai, suhu setinggi 30 derajat celcius sudah cukup mengurangi efektifitas baterai. Maka dari itu, sebaiknya ponsel dijauhkan dari paparan sinar matahari, dan hal lain yang bisa meningkatkan suhunya.Agen Domino99 Terpercaya

Dalam kasus yang ekstrim, suhu tinggi ini bisa memicu overheat pada baterai dan berujung pada meledaknya baterai tersebut.

 Semua ponsel -- dan berbagai perangkat lain -- masih menggunakan baterai bertipe lithium ion (li-ion), yang sudah ada sejak bertahun-tahun lalu. Dan, setidaknya untuk saat ini, belum terlihat ada teknologi baterai lain yang cukup revolusioner.

Pabrikan biasanya mengakali ini dengan memodifikasi konsumsi daya baterai dari segi software, salah satu bentuknya dengan fitur power saving

 Fast charging tak merusak baterai
Tiga atau empat tahun yang lalu, hampir semua ponsel yang ada di pasaran lazimnya menggunakan charger 5 sampai 10 watt. Namun kini, 18 watt seperti menjadi sebuah standar fast charging yang paling rendah.

Beberapa ponsel sudah dilengkapi charger yang bisa menghantarkan daya mencapai 40 atau bahkan 50 watt. Daya sebesar ini membuat baterai ponsel bisa diisi ulang dari kosong sampai penuh dalam waktu 1 jam saja. Apakah berbahaya?

Tidak, sejumlah ahli menyebutkan teknologi semacam ini tidak merusak baterai kecuali ada masalah teknis di baterai atau chargernya. Namun jika semua berfungsi normal, fast charging tidak akan merusak baterai, baik dalam jangka pendek ataupun panjang.

 Fast charging tak merusak baterai karena teknologi menyesuaikan sifat baterai. Baterai akan mempunyai beban berat saat diisi ulang, terutama setelah terisi setidaknya 80%, dan beban inilah yang bisa berdampak pada menurunnya daya tahan baterai.

 Karena itulah teknologi fast charging yang ada saat ini, apapun jenisnya, bekerja pada dua tahap. Yaitu menggenjot daya yang dihantarkan ke baterai pada saat kapasitas baterai di bawah 70-80%. Setelah itu daya yang dihantarkan akan berkurang drastis.

Ini karena pada tahap pertama tersebut sel baterai bisa menyerap daya dengan cepat tanpa efek negatif pada daya tahannya. Dan sifat baterai itu yang dimanfaatkan oleh pembuat teknologi fast charging.

Sebagai contoh, Samsung menjanjikan charger 45 watt-nya bisa mengisi baterai dari 0% sampai 70% dalam waktu setengah jam. Sementara Apple mengklaim iPhone 11 Pro bisa diisi ulang dari 0% sampai 50% dalam waktu 30 menit.

Sementara pada 20% sampai 30% terakhir, pengisian baterainya akan berjalan lambat. Karena pada tahap kedua inilah sel baterai berpotensi rusak jika diberi beban tinggi dengan mengisinya menggunakan daya yang besar.

 Overcharge itu sangat sulit terjadi
Overcharging, atau mengisi baterai secara terus-menerus setelah baterai penuh, sering dianggap menjadi penyebab rusaknya sel baterai dan berujung pada merosotnya kemampuan baterai ponsel.

Menurut pakar, overcharging ini bisa dibilang adalah hal yang mustahil terjadi. Dengan catatan, semua sistem pada baterai dan charger berfungsi dengan normal.

Menurut Venkat Srinivasan, peneliti baterai di Argonne National Laboratory, sistem manajemen baterai ponsel saat ini sudah desain untuk menyetop arus listrik saat kapasitas baterai sudah terisi penuh, dan menghindari terjadinya overcharging.

 "Kecuali ada yang salah dengan sirkuit baterai, Anda tak bisa meng-overcharge sebuah ponsel modern. Mereka punya perlindungan yang tersimpan (pada sistem) untuk menghindari terjadinya hal semacam itu," ujar Srinivasan.

 Jangan biarkan baterai ponsel sampai kosong
Pada teknologi baterai jadul, biasanya pengguna disarankan untuk mengosongkan kapasitas baterainya secara rutin yang bertujuan untuk mengkalibrasi baterai. Namun kini, mengosongkan baterai itu tak perlu lagi dilakukan pada ponsel modern.

Faktanya, mengosongkan baterai itu malah akan memicu reaksi kimia yang bisa memperpendek daya tahan baterai. Untuk itulah, sistem manajemen daya ponsel biasanya akan mematikan ponsel secara otomatis saat kapasitas baterai sudah mencapai tahap tertentu.

Karena itulah, pengguna disarankan untuk mengisi ulang baterai ponselnya sebelum benar-benar habis. Penting banget nih!


Tidak ada komentar:
Write komentar