ONEBET TECH - Jakarta - Baterai adalah salah satu hal penting pada
ponsel, bahkan bisa menjadi alasan memilih ponsel tertentu. Dari mulai
daya tahannya sampai dengan durasi pengisian ulangnya.
Pabrikan
ponsel kini berlomba-lomba menggunakan baterai berkapasitas besar pada
ponsel buatannya, dan melengkapinya dengan teknologi pengisian cepat.
Berikut adalah fakta-fakta mengenai baterai ponsel.
Panas bisa dibilang adalah musuh utama baterai. Baterai yang terpapar
suhu tinggi secara terus menerus disebut bakal mempunyai daya tahan yang
lebih pendek dari biasanya.
Menurut Isidor Buchmann, pendiri dan CEO Cadex Electronics, sebuah
perusahaan teknologi baterai, suhu setinggi 30 derajat celcius sudah
cukup mengurangi efektifitas baterai. Maka dari itu, sebaiknya ponsel
dijauhkan dari paparan sinar matahari, dan hal lain yang bisa
meningkatkan suhunya.Agen Domino99 Terpercaya
Dalam kasus yang ekstrim, suhu tinggi ini bisa memicu overheat pada baterai dan berujung pada meledaknya baterai tersebut.
Semua ponsel -- dan berbagai perangkat lain -- masih menggunakan baterai
bertipe lithium ion (li-ion), yang sudah ada sejak bertahun-tahun lalu.
Dan, setidaknya untuk saat ini, belum terlihat ada teknologi baterai
lain yang cukup revolusioner.
Pabrikan biasanya mengakali ini
dengan memodifikasi konsumsi daya baterai dari segi software, salah satu
bentuknya dengan fitur power saving
Fast charging tak merusak baterai
Tiga atau
empat tahun yang lalu, hampir semua ponsel yang ada di pasaran lazimnya
menggunakan charger 5 sampai 10 watt. Namun kini, 18 watt seperti
menjadi sebuah standar fast charging yang paling rendah.
Beberapa
ponsel sudah dilengkapi charger yang bisa menghantarkan daya mencapai
40 atau bahkan 50 watt. Daya sebesar ini membuat baterai ponsel bisa
diisi ulang dari kosong sampai penuh dalam waktu 1 jam saja. Apakah
berbahaya?
Tidak, sejumlah ahli menyebutkan teknologi semacam ini
tidak merusak baterai kecuali ada masalah teknis di baterai atau
chargernya. Namun jika semua berfungsi normal, fast charging tidak akan
merusak baterai, baik dalam jangka pendek ataupun panjang.
Fast charging tak merusak baterai karena teknologi menyesuaikan sifat
baterai. Baterai akan mempunyai beban berat saat diisi ulang, terutama
setelah terisi setidaknya 80%, dan beban inilah yang bisa berdampak pada
menurunnya daya tahan baterai.
Karena itulah teknologi fast charging yang ada saat ini, apapun
jenisnya, bekerja pada dua tahap. Yaitu menggenjot daya yang dihantarkan
ke baterai pada saat kapasitas baterai di bawah 70-80%. Setelah itu
daya yang dihantarkan akan berkurang drastis.
Ini karena pada
tahap pertama tersebut sel baterai bisa menyerap daya dengan cepat tanpa
efek negatif pada daya tahannya. Dan sifat baterai itu yang
dimanfaatkan oleh pembuat teknologi fast charging.
Sebagai
contoh, Samsung menjanjikan charger 45 watt-nya bisa mengisi baterai
dari 0% sampai 70% dalam waktu setengah jam. Sementara Apple mengklaim
iPhone 11 Pro bisa diisi ulang dari 0% sampai 50% dalam waktu 30 menit.
Sementara
pada 20% sampai 30% terakhir, pengisian baterainya akan berjalan
lambat. Karena pada tahap kedua inilah sel baterai berpotensi rusak jika
diberi beban tinggi dengan mengisinya menggunakan daya yang besar.
Overcharge itu sangat sulit terjadi
Overcharging,
atau mengisi baterai secara terus-menerus setelah baterai penuh, sering
dianggap menjadi penyebab rusaknya sel baterai dan berujung pada
merosotnya kemampuan baterai ponsel.
Menurut pakar, overcharging
ini bisa dibilang adalah hal yang mustahil terjadi. Dengan catatan,
semua sistem pada baterai dan charger berfungsi dengan normal.
Menurut
Venkat Srinivasan, peneliti baterai di Argonne National Laboratory,
sistem manajemen baterai ponsel saat ini sudah desain untuk menyetop
arus listrik saat kapasitas baterai sudah terisi penuh, dan menghindari
terjadinya overcharging.
"Kecuali ada yang salah dengan sirkuit baterai, Anda tak bisa
meng-overcharge sebuah ponsel modern. Mereka punya perlindungan yang
tersimpan (pada sistem) untuk menghindari terjadinya hal semacam itu,"
ujar Srinivasan.
Jangan biarkan baterai ponsel sampai kosong
Pada
teknologi baterai jadul, biasanya pengguna disarankan untuk
mengosongkan kapasitas baterainya secara rutin yang bertujuan untuk
mengkalibrasi baterai. Namun kini, mengosongkan baterai itu tak perlu
lagi dilakukan pada ponsel modern.
Faktanya, mengosongkan baterai
itu malah akan memicu reaksi kimia yang bisa memperpendek daya tahan
baterai. Untuk itulah, sistem manajemen daya ponsel biasanya akan
mematikan ponsel secara otomatis saat kapasitas baterai sudah mencapai
tahap tertentu.
Karena itulah, pengguna disarankan untuk mengisi ulang baterai ponselnya sebelum benar-benar habis. Penting banget nih!
Tidak ada komentar:
Write komentar