Rabu, 05 Februari 2020

Anak Jokowi Kritisi Kurangnya Tenaga Digital di Indonesia


OneTekno - Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, menyebut saat ini produksi tenaga ahli dibidang digital di Indonesia masih rendah. Ia mengkritisi, padahal kebutuhan tenaga programmer Indonesia sangat tinggi untuk menyongsong Industri 4.0

Untuk itu, melalui salah satu perusahaan miliknya yang menyediakan pelatihan programming, Enigma, Kaesang berharap bisa membantu mencetak lebih banyak tenaga programming Indonesia. Di sisi lain, Kaesang Pangarep mengatakan Enigma akan berusaha meningkatkan skala pelatihan programming

"Sekarang hanya bisa mencetak 100 per tiga bulan mungkin nanti bisa 100 ribu pertiga bulan. Itu lagi kita godok agar bisa mencetak tenaga ahli TIK lebih banyak," kata Kaesang.

Kaesang pun mengungkap sulitnya mencari talenta digital baru. Sebab, presentase untuk menghasilkan tenaga digital ini sekitar 1 persen saja.


"Enigma sendiri kita harus ke daerah untuk cari talenta yang baru. Harus cari 100 juta orang untuk ambil satu juta orang," kata Kaesang.

Enigma akan bekerjasama dengan Ekta Tjipta Foundation (ETF) yang ada di bawah grup Sinar Mas untuk menginisasi pembuatan program pelatihan programming itu.

Sehingga, lulusan dari program ini mendapat jaminan kerja di Sinar Mas Mining. Program ini juga sejalan dengan kebutuhan tenaga digital Indonesia, menurut data World Bank, Indonesia membutuhkan sekitar 600 ribu talenta digital per tahunnya hingga 2030.

Tingginya permintaan tenaga programming ini dicontohkan Kaesang kalau untuk berjualan pisang saja butuh tenaga programmer.

"Jual pisang saja itu butuh coding. Dulu kita apa apa jual manual. Programmer bikin program yang bisa bantu penjualan pisang. Dari situ kan berarti butuh programmer," ujar Kaesang kepada awak media di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (3/2).

Selain itu, Direktur Eksekutif Ekta Tjipta Foundation (ETF), Ardy Candra menekankan lulusan vokasi harus cepat-cepat diceburkan di dunia kerja. Ia mengatakan lulusan vokasi jangan berlama-lama belajar di ruang kelas. Permasalahan riil di dunia kerja ada di lapangan.

"Formulanya 60 persen magang, 40 persen di kelas. Yang lebih kuat lagi, lulusan dapat jaminan kerja itu akan jawab permasalahan pengangguran di Indonesia," katanya.

Ia pun menyebut kalau lulusan pendidikan vokasi sering magang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Sebab, mereka dipandang sebelah mata saat mengikuti program magang di perusahaan.

Alih-alih dibentuk sebagai tenaga terampil sesuai dengan jurusan, anak-anak magang SMK justru diberikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan saat program magang. Misal menjadi tukang kopi dan fotokopi.

"Begitu selesai magang itu tidak dapat ilmunya," kata Ardy.

Perusahaan yang terlibat dalam kemitraan pelatihan programming ini adalah PT Berau Coal Energy yang berada di bawah payung Sinar Mas Energy & Infrastructure.

Tidak ada komentar:
Write komentar