OneTekno - Peneliti mengungkap alasan bagaimana virus corona yang bermula dari hewan bisa bermutasi dan menginfeksi manusia. Sebab, sebenarnya virus corona atau Covid-19 merupakan
jenis virus yang menginfeksi binatang. Untuk bisa menginfeksi manusia
dan menyebabkan penularan antar manusia, virus ini perlu bermutasi terlebih dulu.
Peneliti
Senior Pusat Studi Primata IPB, Joko Pamungkas menyatakan virus yang
menyerang manusia terdiri dari virus DNA dan RNA. Virus DNA berasal dari
manusia, sementara virus RNA berasal dari binatang.
Joko menyebut ketika virus RNA (ribonucleic acid)
masuk ke tubuh manusia, antibodi tidak bisa mengenali virus tersebut.
Menurutnya, virus RNA tidak bisa dikenali antibodi karena bermutasi saat
berada di dalam tubuh manusia.
"Secara umum virus kelompok RNA itu akan bermutasi dan tidak dilakukan
koreksi terhadap mutasi tersebut. Sehingga manusia atau hewan yang
harusnya memiliki antibodi cukup tapi dia tidak kenal lagi terhadap
virus itu yang bermutasi," ujar Joko di Gedung Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman, Jakarta, Rabu (12/2).
virus RNA lebih cepat bermutasi ketimbang virus DNA. Sebab, molekul DNA
lebih stabil dari RNA. Selain itu saat proses reproduksi, virus DNA
perlu melalui proses pengecekan dan koreksi. Biasanya mereka menggunakan
sel inang untuk melakukan verifikasi ketika melakukan replikasi DNA.
Fungsinya agar sel inang bisa membantu mengoreksi ketika virus membuat
kesalahan ketika menyalin DNA asli. Sehingga, virus DNA tidak bermutasi
secepat virus RNA.
Sementara virus RNA tidak stabil dan tidak
memiliki proses pengecekan dan koreksi seperti virus DNA. Mereka kerap
melakukan kesalahan ketika mereplikasi RNA asli. Tak seperti virus DNA,
sel inang yang dihinggapi virus pun tak membantu mengoreksi kesalahan
ini. Akibatnya, sangat sering berubah dengan kata lain bisa bermutasi
sangat cepat dan punya konsekuensi yang parah terhadap mereka yang
terinfeksi.
Senada, Joko menuturkan virus RNA berbeda dengan virus DNA yang memiliki
mekanisme mengkoreksi atau memperbaiki mutasi. Sehingga, dia berkata
ketika terjadi translasi atau pembentukan protein, virus DNA yang bisa
menyebabkan perubahan protein bisa dikoreksi sebelumnya.
Lebih
lanjut, Joko menyampaikan mutasi pada virus RNA membuat perubahan
terhadap protein atau berubah dari virus awalnya. Contohnya, dia berkata
antibodi di manusia atau hewan pada infeksi awal bisa mengenali virus.
"Nah
saat bereplikasi di dalam sel dia akan terjadi mutasi. Kemudian mutasi
itu tidak dikoreksi sehingga waktu membentuk bagian-bagian komponen,
misalkan enveloped-nya virus, bagian yang akan menempel ke sel itu akan berubah," ujar Joko.
"Termasuk antibodi yang tadinya mengenali si virus itu, katakanlah
mengenakan baju hijau, begitu keluar sudah bukan jaket hijau lagi. Sudah
berubah enveloped-nya," ujarnya.
Mutasi virus yang
sangat cepat ini, membuat antibodi kesulitan mengenali virus-virus yang
sudah berubah itu. Sehingga, antibodi yang sudah dibentuk untuk melawan
virus yang pertama masuk dan sudah dikenali, tidak lagi efektif
memerangi virus baru yang sudah berubah identitas itu. Hal ini yang
menyebabkan antibodi sulit memerangi virus-virus yang terus bermutasi
itu. Akibatnya, efek sakit pada manusia kian parah. Saat ini virus
corona Covid-19 sendiri sudah membunuh ribuan orang.
Joko
mengetahui tidak mengetahui secara persis kecepatan mutasi virus corona.
Akan tetapi dia menyebut ada kemiripan dengan virus HIV yang memiliki
kecepatan mutasi yang begitu besar.
Di sisi lain, Joko menyebut manusia belum tentu tertular virus corona
karena memakan kelelawar. Dalam penelitian Minahasa, dia menyebut
masyarakat tidak tertular virus corona karena memasak kelelawar hingga
benar-benar matang.
"Tapi kita juga mesti lihat sisi konservasi
di mana kita perlu melestarikan kelelawar yang memiliki fungsi
ekosistem," ujar Joko.
Joko menambahkan ada inang alami dan inang
fatal. Dia menyebut inang alami adalah hewan yang terinfeksi oleh suatu
mikroorganisme tanpa menjadi sakit atau menunjukkan gejala klinis yang
signifikan.
"Sedangkan inang fatal adalah hewan atau manusia yang
apabila terinfeksi suatu mikroorganisme menunjukkan gejala klinis,"
ujarnya
Tidak ada komentar:
Write komentar