Jumat, 26 Juni 2020

Pacitan Makin Sering Gempa, Warga Selatan Jawa Harus Waspada


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan penyebab banyaknya gempa bumi di Selatan Jawa, khususnya di selatan Pacitan, Sukabumi, dan Lebak.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono menjelaskan banyaknya gempa bumi ini disebabkan oleh  peningkatan aktivitas di kluster gempa wilayah tersebut. Terutama peningkatan aktivitas di selatan Pacitan.

"Hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas kegempaan sejak bulan Mei 2020 menunjukkan bahwa di wilayah selatan Pacitan terdapat kluster aktivitas gempa yang lebih aktif daripada wilayah sekitarnya. Artinya, di wilayah ini memang terjadi peningkatan aktivitas kegempaan," jelas Daryono dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (24/6).

Daryono mengatakan peningkatan aktivitas di kluster tersebut mengakibatkan terjadinya gempa akhir-akhir ini di wilayah tersebut. Salah satunya gempa tektonik yang mengguncang wilayah selatan Pacitan pada 22 Juni 2020 bermagnitudo 5,0 pukul 02.33 WIB dini hari.

"Zona gempa di selatan Pulau Jawa khususnya di selatan Pacitan, Sukabumi, dan Lebak cukup aktif. Hal ini tampak dari seringnya wilayah tersebut terjadi gempa akhir-akhir ini," kata Daryono.

Menurut Daryono, gempa itu memiliki kedalaman menengah dan memiliki spektrum guncangan yang luas serta mampu memberikan efek getaran ke wilayah yang sangat jauh dari pusat gempa.

Ia menjelaskan guncangan gempa sempat mengarah ke timur mencakup wilayah Pacitan, Wonogiri, Trenggalek, Nganjuk, Ponorogo, Tulungagung sampai ke Malang dan Karangates.

Selain itu guncangan gempa juga mengarah ke barat, yaitu ke arah Klaten, Sukoharjo, Yogyakarta, Bantul, Maguwoharjo, Sleman, Purworejo, Banjarnegara sampai Purwokerto.

Daryono pun kembali membeberkan hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa terkini di selatan Pacitan menunjukkan bahwa dalam sepekan terakhir telah terjadi gempa sebanyak lima kali yaitu dengan kekuatan M 3.8 dan M 2.9 pada 16 Juni 2020, gempa M 4.7 pada 18 Juni 2020, dan gempa M 3.2 dan M 5.1 pada 21 Juni 2020.

"Sejarah juga mencatat bahwa wilayah selatan Pacitan sudah beberapa kali dilanda gempa kuat dan beberapa di antaranya memicu tsunami," ujar Daryono.

Berikut rentetan peristiwa gempa kuat dan tsunami di selatan Pacitan yang berhasil dihimpun BMKG:
1. Gempa Pacitan 4 Januari 1840

Gempa ini mengguncang seluruh wilayah di Pulau Jawa. Tak lama berselang, muncul gelombang laut tinggi di pantai selatan Jawa termasuk Pantai Pacitan yang diyakini sebagai tsunami.
2. Gempa Pacitan 20 Oktober 1859

Peristiwa ini juga memicu tsunami yang menerjang Teluk Pacitan dan kala itu menelan dua korban jiwa yaitu awak Kapal Ottolina.
3. Gempa Pacitan 10 Juni 1867

Gempa ini menyebabkan guncangan kuat mencapai skala intensitas VIII-IX MMI. Sebanyak 500 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak.
4. Gempa Pacitan 11 September 1921

Gempa bermagnitudo M 7,6  dirasakan sampai Pulau Sumatra dan Sumbawa. Gempa ini menyebabkan banyak rumah rusak di Pulau Jawa lalu disusul tsunami yang teramati di Pantai Selatan Jawa.
5. Gempa 27 September 1937

Gempa ini memiliki guncangan bermagnitudo M 6,8. Dampak gempa ini menyebabkan guncangan hebat yang mencapai VIII-IX MMI dan 2.200 rumah roboh.

"Catatan gempa kuat masa lalu semacam ini dapat menjadi data dukung kesiapsiagaan kita, bahwa gempa kuat memiliki periode ulang dengan periodesitas tertentu. Sehingga gempa kuat yang terjadi di suatu wilayah sangat mungkin dapat berulang kembali kejadiannya," tutur Daryono.

"Informasi ini sekadar pengingat kita bahwa potensi gempa itu ada dan harus direspon dengan langkah mitigasi yang cepat dan tepat untuk meminimalisir risiko jika terjadi gempa kuat," sambungnya.

Maka dari itu, Daryono menghimbau kepada pemerintah daerah untuk melakukan upaya sosialisasi mitigasi misalnya dengan cara tidak membangun permukiman dan tempat usaha di pantai rawan tsunami.

"Selain itu masyarakat pesisir perlu memahami konsep evakuasi mandiri, dengan menjadikan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami," pungkasnya.

Tidak ada komentar:
Write komentar