Rabu, 24 Februari 2021

Nasib Internet RI Jika Indosat-Tri Jadi Merger


Konsolidasi operator seluler di Indonesia telah lama digaungkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemekominfo) sebelum isu merger Indosat dan 3 (Tri).

Pasalnya, jumlah operator telekomunikasi yang "gendut" disinyalir kerap menjadi ihwal persaingan tarif antara operator. Perang tarif ini berujung pada tidak sehatnya industri selular dalam negeri.

Isu merger Indosat dan 3 (Tri) berawal dari sumber Bloomberg (22/12) yang menyebut raksasa keuangan Hongkong CK Hutchison Holdings Ltd dikabarkan tengah melakukan pembicaraan lanjutan terkait merger bisnis operator telekomunikasi di Indonesia dengan Ooredoo QPSC, pemegang saham mayoritas PT Indosat Tbk (ISAT).

Lalu pada akhir Desember, Ooredoo QPSC dan CK Hutchison Holdings Limited melakukan penandatanganan MoU. Ini merupakan tahap awal untuk menilai potensi dari transaksi merger kedua perusahaan. MoU tersebut tak bersifat mengikat.

Pada Januari, Director and Chief Operating Officer PT Indosat Tbk Vikram Sinha mengungkap telah mengantongi dukungan pemerintah terhadap nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara perusahaannya dengan PT Hutchison 3Indonesia untuk mengkaji potensi penggabungan usaha.

Internet makin cepat?

Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi menilai merger operator seluler ini juga bisa memengaruhi kualitas layanan internet dan telekomunikasi yang dinikmati pelanggan.

"Walaupun memang belum tentu ya. Paling tidak secara hitung-hitungan dengan frekuensi yang makin besar, tentunya kita harapkan juga layanan terutama berbasis data internet menjadi lebih baik," katanya saat dihubungi (19/2).

Senada, Pengamat Telekomunikasi Nonot Harsoyo mengatakan akan ada perubahan pengalaman pengguna atas penggabungan dua provider itu. Namun, kata dia hal tersebut akan berlangsung cukup lama, 1 hingga 2 tahun setelah dinyatakan resmi bergabung.

Ia menjelaskan, merger antara 3 dan Indosat dapat memperlebar spektrum frekuensi karena banyaknya jumlah Base Transceiver Station (BTS) yang diakumulasi dari dua perusahaan tersebut.

"Kalau jumlah BTS-nya nambah, kapasitas dan lain-lain nya lebih tinggi dan lebih besar. Jumlah BTS dan pitanya nambah berarti kecepatan aksesnya lebih tinggi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com (19/2).

Namun menurutnya, untuk meningkatkan user experience ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Salah satunya seberapa baik kedua pihak menata BTS dan menata pemanfaatan spektrum.

Lebih lanjut menurutnya, kedua pihak juga harus menata dengan baik jaringan Fiber Optik. Karena, jaringan yang masih menggunakan microwave link dinilai susah untuk mengikuti persaingan dengan provider lain.

"Kalau misalnya 3 sama Indosat ternyata BTSnya banyak menggunakan microwave link ya susah mau ngalahin Telkomsel," ujar Nonot.

Anggapan ini seiring dengan laporan Open Signal. Menurut Open Signal, pengalaman pengguna Mobile Gaming dan kecepatan unggahan menunjukkan gabungan skor yang tinggi apabila Indosat dan 3 bergabung. Sementara kecepatan unduh dan nonton video masih berada di bawah rata-rata nasional.

Namun, menurut Open Signal, butuh waktu bulanan hingga tahunan agar kecepatan internet gabungan dua perusahaan ini bisa meningkat setelah merger.

Tidak ada komentar:
Write komentar